Washington, D.C. — Dunia menyaksikan eksperimen politik paling unik dalam sejarah modern: seorang inovator teknologi, Elon Musk, dipercaya memimpin Department of Government Efficiency (DOGE) langsung dari lingkar dalam Gedung Putih. Namun kabar terbaru menunjukkan bahwa “masa bulan madu” antara Musk dan Washington mulai usai. Ia kini memilih mundur secara bertahap dari aktivitas pemerintahan fisik, memprioritaskan perusahaannya kembali, terutama Tesla yang tengah mengalami tekanan finansial.
Keputusan Elon Musk ini bukan sekadar penyesuaian jadwal kerja—ini adalah sinyal kuat bahwa model “CEO memimpin pemerintahan” mungkin tidak berkelanjutan dalam sistem birokrasi klasik seperti AS. DOGE sendiri dibentuk sebagai lembaga eksperimental untuk merombak sistem birokrasi dengan gaya manajemen startup: cepat, iteratif, dan berbasis data. Namun, dalam kenyataannya, mesin pemerintahan bergerak lambat dan sangat prosedural.
Kepala Staf Gedung Putih, Susie Wiles, menegaskan bahwa kendati Musk tidak lagi hadir secara fisik, peran dan pengaruhnya belum hilang. “Dia tidak benar-benar pergi. Komunikasi tetap berjalan, hanya saja kini lebih banyak lewat telepon,” kata Wiles. Ia juga menambahkan bahwa tim DOGE tetap aktif bekerja dan terlibat dalam proses reformasi.
Namun para pengamat mulai mempertanyakan efektivitas jangka panjang model seperti ini. Selama beberapa bulan terakhir, DOGE tidak merilis laporan resmi tentang hasil kerja mereka. Tidak ada data konkret terkait efisiensi yang berhasil dicapai. Hal ini menimbulkan kekhawatiran apakah proyek DOGE lebih banyak berfungsi sebagai simbol ketimbang substansi. Bahkan publik pun mulai meragukan: apakah kehadiran Musk lebih merupakan “PR stunt” untuk Trump atau benar-benar memberikan hasil nyata?
Menariknya, pengunduran diri ini bertepatan dengan performa keuangan Tesla yang menurun tajam. Pendapatan kuartal pertama Tesla anjlok 9% dan pendapatan bersihnya menyusut drastis hingga 71%. Musk mengaku akan kembali menghabiskan lebih banyak waktunya untuk menyelamatkan perusahaan otomotif dan energi tersebut.
“Saya tetap akan terlibat dalam DOGE, mungkin satu atau dua hari seminggu. Tapi fokus saya kembali ke Tesla,” ujar Musk dalam pernyataannya baru-baru ini. Musk, yang sebelumnya begitu aktif di Washington, bahkan ikut dalam perjalanan kenegaraan dan rapat kabinet, kini terlihat lebih berhati-hati dalam membagi waktunya.
Keputusan ini bisa jadi menjadi refleksi dari batas-batas realistis dalam membawa logika korporasi ke dalam pemerintahan. Musk, yang terbiasa dengan eksekusi cepat dan risiko tinggi, kemungkinan menemukan bahwa reformasi birokrasi federal tak bisa dipaksakan hanya dengan semangat disruptif semata.
Namun apakah ini akhir dari teknokrasi di pemerintahan? Belum tentu. Sebaliknya, ini mungkin awal dari fase baru: keterlibatan teknologi dalam pemerintahan tidak lagi bersifat personal seperti DOGE dan Musk, tapi akan lebih sistemik. Melalui AI, analitik data besar, dan digital governance, transformasi itu tetap akan berjalan, hanya dengan pendekatan yang lebih lembut dan strategis.
Elon Musk sendiri mungkin sudah angkat kaki dari Gedung Putih, tapi jejak eksperimennya di DOGE bisa jadi akan membentuk arah kebijakan masa depan Amerika. Apakah ia akan kembali dengan proyek lain? Jika sejarah jadi acuan, Musk tak pernah benar-benar keluar dari panggung utama. Ia hanya mundur sejenak — untuk lompatan berikutnya.