Jakarta – Presiden terpilih Prabowo Subianto tampaknya serius dalam mewujudkan kemandirian energi nasional. Salah satu terobosannya adalah mempercepat pengembangan biodiesel B50 yang berbasis minyak kelapa sawit.
Prabowo menyatakan bahwa Indonesia saat ini sedang mengembangkan biodiesel B50 yang kandungan minyak kelapa sawitnya mencapai 50%. Targetnya, B50 bisa disalurkan ke seluruh Indonesia paling lambat akhir tahun ini atau awal tahun depan.
“Kita sebentar lagi tak perlu impor solar lagi, solar kita akan datang dari yang namanya kelapa sawit, namanya biodiesel. Sekarang kan B35, kita akan percepat jadi B40, B50 minimal,” ungkap Prabowo saat memberikan sambutan dalam Penutupan Kongres PAN 2024.
Dengan target B50 ini, Prabowo yakin Indonesia bisa hemat hingga US$ 20 miliar atau sekitar Rp 309,7 triliun untuk impor minyak. Uang sebesar itu, menurutnya, bisa diputar untuk menggerakkan perekonomian dalam negeri.
“Satu tahun uang kita tak perlu dikirim ke luar negeri lagi. Rp 300 triliun lebih kekayaan Indonesia akan beredar di Indonesia,” imbuh Prabowo.
Bukan hanya solar, Prabowo juga mendapat laporan dari para ahli di Institut Teknologi Bandung (ITB) bahwa Indonesia sebentar lagi bisa melakukan produksi bensin dari kelapa sawit.
Ketertarikan Prabowo pada pengembangan bahan bakar nabati berbasis kelapa sawit ini tak lepas dari besarnya potensi dan peran sektor perkebunan kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia.
Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 16,38 juta hektare pada 2021. Produksi Crude Palm Oil (CPO) pada tahun yang sama mencapai 47,18 juta ton.
Perkebunan kelapa sawit juga menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. Pada 2021, nilai ekspor CPO dan produk turunannya mencapai US$ 34,5 miliar atau sekitar Rp 507 triliun.
Prabowo meyakini dengan pemanfaatan kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel dan bensin, Indonesia bisa mencapai kemandirian energi dan mengurangi ketergantungan pada impor minyak.
“Dengan capai B50, biodiesel 50% dari kelapa sawit, begitu capai itu Insyaallah akhir tahun ini atau awal tahun depan, kita akan hemat US$ 20 miliar,” ujarnya optimistis.
Selain itu, pemanfaatan kelapa sawit sebagai bahan bakar juga diyakini bisa menciptakan efek positif bagi petani dan industri hilir kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan komitmen Prabowo untuk mendorong pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan.
“Kita harus bisa mengolah kekayaan alam kita sendiri. Jangan sampai kita hanya jadi konsumen dan terus impor. Kita harus jadi produsen, kita harus jadi pengekspor,” tegasnya.
Prabowo pun menegaskan akan memberikan dukungan penuh bagi pengembangan biodiesel B50 dan bensin berbasis kelapa sawit. Hal ini termasuk mendorong percepatan regulasi dan insentif yang diperlukan.
Dengan langkah-langkah tersebut, Prabowo berharap Indonesia bisa mewujudkan kemandirian energi dan mengurangi beban subsidi BBM serta impor minyak. Pada akhirnya, hal ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat Indonesia.