Kualitas hidup seorang warga negara tidak ditentukan oleh format kartu identitas yang dimilikinya, melainkan oleh kualitas layanan publik dan infrastruktur yang disediakan oleh pemerintahnya. Prinsip fundamental inilah yang berlaku secara paralel dalam analisis teknis antara kekuatan sinyal eSIM dan kartu SIM fisik.
Teknologi identitas digital (eSIM) yang modern dan terintegrasi seringkali dipandang sebagai sebuah ‘peningkatan status’, yang diasumsikan datang dengan hak-hak istimewa, termasuk akses layanan yang lebih superior. Asumsi ini perlu diluruskan melalui pemahaman sistemik dan faktual.
Identitas Boleh Digital, Kualitas Layanan Ditentukan oleh Penyedia
Untuk memahami mengapa tidak ada perbedaan kekuatan sinyal, mari kita gunakan analogi sistem kewarganegaraan dan layanan publik.
- SIM (eSIM atau Fisik) adalah Kartu Identitas Anda. Anggaplah kartu SIM fisik sebagai Kartu Tanda Penduduk (KTP) fisik konvensional. Sementara itu, eSIM adalah Identitas Kependudukan Digital (IKD) yang modern dan tersimpan di ponsel. Keduanya memiliki satu tujuan esensial yang sama: membuktikan bahwa Anda adalah ‘warga negara’ yang sah di hadapan ‘negara’ (provider), sehingga Anda berhak menggunakan layanan yang tersedia. Format KTP tidak serta-merta meningkatkan kualitas layanan publik yang Anda terima.
- Provider Seluler adalah Pemerintahnya. Kualitas konektivitas Anda sepenuhnya bergantung pada kinerja ‘pemerintah’ ini. Apakah mereka membangun ‘infrastruktur jalan dan jembatan’ (jaringan menara seluler) yang merata hingga ke pelosok? Apakah ‘layanan publik’ (kecepatan dan stabilitas data) yang mereka sediakan dapat diandalkan, atau justru sering mengalami ‘gangguan’ dan ‘pemeliharaan’?
- Lokasi Anda adalah Wilayah Domisili Anda. Sebagai ‘warga’, lokasi Anda sangat berpengaruh. Tinggal di ‘ibu kota’ (pusat kota) tentu memberikan akses terhadap infrastruktur terbaik. Sebaliknya, jika Anda berada di ‘daerah perbatasan’ (lokasi terpencil), kualitas layanan yang Anda rasakan pasti akan berbeda, terlepas dari jenis kartu identitas yang Anda pegang. Hambatan fisik seperti gedung dan tembok adalah faktor lingkungan yang tidak dapat diubah oleh secanggih apa pun format identitas Anda.
Seorang warga dengan KTP digital (eSIM) dan warga dengan KTP fisik yang tinggal di wilayah yang sama akan merasakan kualitas jalan, air, dan listrik yang sama. Jika terjadi pemadaman listrik di wilayah tersebut, keduanya akan sama-sama terdampak.
Kesimpulan Berdasarkan Analisis
Keunggulan eSIM terletak pada modernisasi administrasi. Proses menjadi ‘warga negara’ sebuah provider menjadi lebih cepat, dan Anda bisa memiliki ‘kewarganegaraan ganda’ dari berbagai provider di seluruh dunia dengan mudah di dalam satu perangkat.
Namun, dalam hal hak fundamental untuk mendapatkan sinyal yang kuat, tidak ada perlakuan istimewa berdasarkan format identitas.
Pada akhirnya, kepuasan seorang warga negara tidak diukur dari kecanggihan KTP-nya, tetapi dari kinerja pemerintahnya. Demikian pula dengan kepuasan konektivitas Anda; nilailah sebuah provider berdasarkan kualitas nyata dari infrastruktur yang mereka bangun dan sediakan, bukan berdasarkan format kartu identitas yang mereka tawarkan.