Pada tanggal 21 Desember 2024, Polres Banjarbaru, Kalimantan Selatan, berhasil menangkap seorang sopir taksi online berinisial AN (29) yang diduga melakukan pencabulan terhadap anak di bawah umur. Kasus ini mencuat setelah pihak kepolisian menerima laporan dari keluarga korban yang merasa tidak terima atas tindakan pelaku.
Kronologi Kejadian
Menurut keterangan Kasi Humas Polres Banjarbaru, Ipda Kardi Gunadi, pelaku mengenal korban melalui media sosial. Korban, yang baru saja menyelesaikan ulangan di sekolah, dijemput oleh pelaku menggunakan mobil Honda Brio. Setelah menjemput, pelaku membawa korban ke sebuah penginapan di Kota Banjarbaru. Di sinilah perbuatan asusila terjadi, di mana pelaku diduga melakukan persetubuhan terhadap korban sebanyak empat kali.
Keluarga korban segera melapor setelah mendengar cerita anak mereka. “Kami tidak bisa menerima apa yang terjadi pada anak kami. Ini adalah tindakan keji yang harus dilaporkan,” ujar ayah korban dengan nada penuh emosi. Ia menambahkan bahwa mereka berharap keadilan dapat ditegakkan.
Proses Penangkapan
Tim gabungan polisi kemudian melakukan penyelidikan dan merencanakan penangkapan pelaku dengan cara memesan ojek online. Dalam waktu singkat, pelaku berhasil ditangkap. “Kami berusaha memancing pelaku agar merasa aman dan akhirnya kami bisa mengamankannya,” jelas Ipda Kardi.
Pelaku kini menghadapi pasal berlapis terkait persetubuhan dan pencabulan anak di bawah umur. Menurut undang-undang yang berlaku, pelaku dapat dijatuhi hukuman penjara hingga 15 tahun. “Ini adalah pelanggaran serius yang harus ditindaklanjuti secepatnya,” tambah Kardi.
Dampak pada Korban dan Keluarga
Kejadian ini tentu saja memberikan dampak besar pada psikologis korban. Psikolog anak, Dr. Siti, menjelaskan pentingnya dukungan emosional bagi anak yang mengalami trauma seperti ini. “Korban perlu mendapatkan terapi dan dukungan dari keluarga agar bisa pulih dari pengalaman buruk ini,” katanya.
Keluarga korban juga berencana untuk mendampingi anak mereka dalam menjalani proses penyembuhan, termasuk konsultasi dengan psikolog. “Kami akan melakukan segala cara agar anak kami bisa merasa aman dan kembali beraktivitas seperti biasa,” ungkap ibu korban dengan penuh harapan.
Reaksi Masyarakat
Kasus ini menuai banyak reaksi dari masyarakat. Banyak yang mengecam tindakan pelaku dan menyerukan agar pihak berwenang lebih ketat dalam mengawasi penggunaan layanan transportasi online. “Kita perlu lebih berhati-hati, terutama ketika anak-anak terlibat. Orang tua harus lebih waspada,” ujar seorang ibu yang juga merupakan pengguna taksi online.
Di sisi lain, beberapa pengguna taksi online meminta agar perusahaan taksi online menambah fitur keamanan, seperti verifikasi yang lebih ketat bagi pengemudi. “Kami ingin merasa aman saat menggunakan layanan ini. Harus ada langkah-langkah untuk melindungi penumpang, terutama anak-anak,” tambahnya.
Kesimpulan
Kasus pencabulan ini mengingatkan kita semua akan pentingnya pengawasan dan pendidikan tentang bahaya yang mungkin dihadapi anak-anak di dunia digital. Keluarga, sekolah, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak. Semoga keadilan dapat ditegakkan, dan pelaku menjalani hukuman setimpal atas perbuatannya.