banner 728x250

Apakah Instagram Mendengarkan Percakapan Pengguna untuk Iklan?

Iklan Instagram Terasa Sesuai Obrolan, Benarkah Ponsel Kita Disadap?
banner 120x600
banner 468x60

Pernahkah kamu ngobrol tentang suatu produk dengan teman, lalu tak lama kemudian produk itu muncul dalam bentuk iklan di Instagram? Fenomena ini membuat banyak orang yakin bahwa aplikasi media sosial sengaja menyalakan mikrofon ponsel untuk mendengarkan percakapan pengguna. Tuduhan ini bukan hanya populer di forum daring, tetapi juga jadi bahan diskusi sehari-hari.

Namun, pihak Instagram sudah memberikan penjelasan resmi. Adam Mosseri, Head of Instagram, membantah keras isu tersebut dan menegaskan bahwa Instagram tidak pernah menggunakan mikrofon ponsel untuk menargetkan iklan.

banner 325x300

Klarifikasi Resmi dari Instagram

Dalam video Reels yang ia unggah di akun pribadinya, Mosseri menyebut, “Kami tidak mendengarkan Anda. Kami tidak menggunakan mikrofon ponsel untuk menguping. Kalau pun dilakukan, itu akan menjadi pelanggaran privasi besar.” Video singkat berdurasi dua menit itu diberi caption “Membongkar mitos – Saya bersumpah, kami tidak mendengarkan mikrofon Anda”.

Ia menambahkan, pengguna bisa tahu jika mikrofon sedang aktif. Pada ponsel modern, indikator visual akan muncul di layar saat mikrofon digunakan. Selain itu, daya baterai akan terkuras lebih cepat jika ada aplikasi yang terus merekam suara. Dari sisi teknis, sangat sulit bagi aplikasi untuk mengaktifkan mikrofon diam-diam tanpa disadari pengguna.

Mengapa Iklan Terasa Cocok dengan Obrolan?

Meskipun bukan karena penyadapan, iklan Instagram sering terasa relevan dengan topik yang baru saja dibicarakan. Mosseri menjelaskan ada beberapa alasan yang menjelaskannya:

  1. Jejak pencarian digital. Sebelum percakapan terjadi, pengguna atau temannya mungkin sudah mencari produk itu di internet. Data tersebut digunakan sistem untuk menampilkan iklan.
  2. Data dari mitra iklan. Instagram bekerja sama dengan pengiklan yang membagikan informasi kunjungan situs. Karena itu, produk yang pernah dilihat bisa kembali muncul.
  3. Algoritma minat serupa. Sistem iklan mengelompokkan pengguna dengan profil yang mirip. Jika kelompok tertentu sering melihat iklan sepeda, maka pengguna lain dengan karakteristik serupa juga bisa melihat iklan yang sama.
  4. Efek psikologis. Kadang iklan sebenarnya sudah muncul sebelum obrolan, hanya saja tidak diperhatikan. Setelah topik dibicarakan, otak mengaitkannya dengan percakapan.
  5. Kebetulan. Ada kalanya iklan muncul memang karena faktor kebetulan semata.

Penjelasan ini menunjukkan bahwa iklan yang terasa “membaca pikiran” sebenarnya merupakan hasil pengolahan data digital dan algoritma, bukan karena ada penyadapan suara.

Sejarah Klarifikasi Meta

Faktanya, klarifikasi seperti ini sudah berulang kali disampaikan. Pada 2016, Meta yang saat itu masih bernama Facebook sudah menerbitkan tulisan resmi yang menegaskan mereka tidak pernah menggunakan mikrofon untuk iklan. Lalu pada 2018, Mark Zuckerberg kembali membantah tuduhan serupa ketika bersaksi di hadapan Kongres Amerika Serikat. Dengan kata lain, bantahan ini konsisten sejak lama.

Bagaimana dengan Google Ads?

Selain Instagram, Google Ads juga sering dituduh melakukan hal yang sama. Banyak orang merasa iklan Google terlalu tepat sasaran untuk sekadar hasil pencarian daring. Namun hingga saat ini, tidak ada bukti nyata maupun penelitian independen yang mendukung klaim tersebut.

Secara teknis, menyalakan mikrofon secara diam-diam akan menimbulkan tanda yang jelas. Baterai ponsel akan cepat habis, konsumsi data internet meningkat, dan indikator mikrofon di layar akan muncul. Dari sisi hukum, risiko yang dihadapi perusahaan juga besar karena langsung melanggar privasi. Oleh karena itu, jauh lebih masuk akal jika Google Ads menggunakan data yang memang sudah tersedia: histori pencarian, lokasi, interaksi konten, hingga kebiasaan belanja online.

Tren Baru: AI untuk Personalisasi Iklan

Meski mikrofon tidak digunakan, tren baru justru mengarah pada pemanfaatan interaksi dengan AI. Meta mengumumkan bahwa mulai 16 Desember 2025, percakapan pengguna dengan produk AI mereka akan dipakai sebagai sinyal tambahan untuk iklan.

Contohnya, jika seorang pengguna sering berbincang dengan Meta AI tentang hobi memancing, maka iklan perlengkapan pancing bisa lebih sering muncul di feed Instagram maupun Facebook. Namun Meta menegaskan bahwa topik sensitif seperti kesehatan, agama, dan politik tidak akan digunakan untuk penargetan. Kebijakan ini berlaku secara global, kecuali di wilayah dengan regulasi privasi yang sangat ketat seperti Uni Eropa, Inggris, dan Korea Selatan.

Bagaimana Algoritma Iklan Bekerja?

Sistem iklan modern bekerja dengan memadukan berbagai sumber data:

  • histori pencarian di mesin pencari,
  • aktivitas browsing situs e-commerce,
  • lokasi yang sering dikunjungi pengguna,
  • akun media sosial yang diikuti,
  • interaksi konten seperti like, share, dan komentar.

Gabungan data ini dianalisis dengan kecerdasan buatan sehingga iklan yang muncul terasa sangat relevan. Bahkan, meski tidak ada penyadapan suara, iklan bisa seolah-olah sesuai dengan topik obrolan sehari-hari.

Kesimpulan

Instagram tidak menggunakan mikrofon untuk mendengarkan percakapan pengguna. Adam Mosseri sudah menegaskan bahwa praktik semacam itu hanyalah mitos. Iklan yang terasa cocok dengan obrolan lebih banyak disebabkan oleh jejak digital, data mitra iklan, algoritma kesamaan minat, faktor psikologis, dan kebetulan.

Google Ads maupun platform besar lainnya juga tidak terbukti melakukan penyadapan suara. Yang kini perlu diperhatikan adalah tren baru di mana interaksi dengan AI mulai dijadikan sinyal tambahan untuk personalisasi iklan.

Privasi tetap ada di tangan pengguna. Memahami izin aplikasi, membatasi data yang dibagikan, serta memanfaatkan pengaturan privasi di akun adalah langkah penting agar kendali tetap berada pada pengguna, bukan semata di tangan algoritma.

banner 325x300