banner 728x250

Kisah Haru Rendy Kjaernett dan Ayahnya Sebelum Berpisah Selamanya

banner 120x600
banner 468x60

Momen Terakhir yang Mengharukan

Rendy Kjaernett baru-baru ini membagikan momen emosional mengenai kepergian ayahnya, Ernest Kjaernett, yang meninggal dunia pada 4 Januari 2025 di rumah sakit Hua Hin, Thailand. Rendy menceritakan bagaimana mereka sempat saling memaafkan sebelum ajal memisahkan. Dalam kondisi yang sangat kritis, Ernest mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata yang menyentuh hati, “I’m very very okay.” Rendy menggambarkan kondisi ayahnya yang sangat memprihatinkan, dengan wajah dan tubuh yang sudah kuning akibat penyakit liver yang dideritanya.

Permintaan maaf yang disampaikan oleh Ernest menjadi sangat berarti bagi Rendy. Ayahnya merasa belum bisa menjadi sosok ayah yang baik dalam hidupnya. Dalam wawancara yang diadakan di Bandara Soekarno-Hatta, Rendy menuturkan, “Dia hanya bisa bilang, ‘I’m sorry,’ meminta maaf.” Momen itu menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi Rendy, menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara ayah dan anak.

banner 325x300

Perjuangan Melawan Penyakit

Sebelum meninggal, Ernest diketahui mengalami gagal liver dan diperkirakan hanya memiliki waktu hidup sekitar satu bulan. Rendy yang saat itu sedang berada di Vietnam untuk urusan bisnis merasa sangat khawatir dengan kondisi kesehatan ayahnya. “Aku mendapatkan informasi dari pasangan Papa bahwa dia masih ada waktu sekitar dua minggu hingga sebulan. Jadi aku pikir masih ada waktu,” ungkap Rendy dengan nada penuh harapan.

Namun, semuanya berubah ketika Rendy menerima kabar bahwa kondisi kesehatan ayahnya memburuk lebih cepat dari yang diperkirakan. “Rasanya berat sekali, aku masih tidak percaya karena sebelumnya Papa masih terlihat sehat. Bulan Oktober kami masih sering teleponan, video call, bahkan bercanda,” kata Rendy, mengenang saat-saat indah yang mereka lalui bersama.

Pentingnya Memaafkan dalam Keluarga

Momen saling memaafkan antara Rendy dan ayahnya menjadi sangat krusial dalam proses perpisahan ini. Rendy menjelaskan bahwa mereka berusaha saling memahami satu sama lain meskipun ada banyak kesalahan di masa lalu. “Aku baru bertemu Papa saat umur 27 tahun. Sekarang harus seperti ini, dia tidak mau menyusahkan,” jelasnya.

Rendy merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan ayahnya sebelum kepergiannya. “Kini, aku hanya bisa mendoakan kepergian sang ayah,” ujarnya dengan penuh rasa haru. Momen-momen ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dan pengertian dalam hubungan keluarga, terutama saat menghadapi situasi sulit seperti ini.

Kenangan yang Akan Selalu Dikenang

Setelah kehilangan sang ayah, Rendy merasa sedikit lega karena ayahnya tidak lagi merasakan sakit. “Aku berharap Papa tenang di sana,” ungkapnya. Rendy bertekad untuk terus mengenang semua momen indah yang mereka bagi dan berusaha untuk melanjutkan hidup. Di tengah kesedihan, ia juga berterima kasih kepada semua orang yang telah memberikan dukungan selama masa sulit ini.

“Aku sangat menghargai semua doa dan perhatian yang diberikan. Ini sangat berarti bagiku dan keluargaku,” tutup Rendy dengan penuh rasa syukur. Momen-momen terakhir ini menjadi pengingat akan pentingnya menghargai setiap detik yang dihabiskan bersama orang terkasih.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan