Qualcomm, produsen chipset terkemuka yang dikenal dengan lini Snapdragon, sedang menghadapi ancaman besar yang mengancam keberlanjutan produk flagship mereka, yaitu Snapdragon 8 Elite. Ancaman ini muncul setelah ARM, perusahaan Inggris yang menyediakan lisensi arsitektur mikroprosesor, dilaporkan mencabut hak penggunaan arsitektur yang diperlukan untuk pengembangan CPU utama Qualcomm. Langkah ARM ini bisa berdampak besar pada masa depan Snapdragon 8 Elite serta chipset laptop Snapdragon X Elite. Bagaimana duduk perkaranya, dan apa dampaknya bagi masa depan HP flagship Android?
Snapdragon 8 Elite: Teknologi Chipset Terkini dari Qualcomm
Chipset Snapdragon 8 Elite, yang baru diluncurkan pada 22 Oktober 2024, adalah produk unggulan Qualcomm yang ditujukan untuk pasar smartphone Android kelas atas. Didesain dengan fabrikasi 3 nanometer (nm), chipset ini menjadi pionir dalam menghadirkan efisiensi daya dan performa maksimal yang jauh lebih baik dibandingkan generasi pendahulunya. Di dalamnya, Snapdragon 8 Elite menghadirkan prosesor baru bernama CPU Oryon, menggantikan CPU Kyro yang sebelumnya digunakan di lini Snapdragon.
CPU Oryon ini mengemas 8 inti, terdiri dari 2 inti utama (prime core) dengan kecepatan mencapai 4,32 GHz—peningkatan signifikan dibandingkan Snapdragon 8 Gen 3 yang mencapai 3,3 GHz. Enam unit lainnya, yang berfungsi sebagai inti kinerja, memiliki kecepatan hingga 3,53 GHz. Selain itu, Snapdragon 8 Elite ini mendukung RAM LPDDR5X 5.300MHz dan dilengkapi cache L2 sebesar 24MB, yang memberikan performa tinggi bagi smartphone Android flagship. Prosesor CPU Oryon ini juga telah diadopsi di chipset laptop Snapdragon X Elite, meskipun Qualcomm mengklaim bahwa CPU ini merupakan generasi kedua dengan sejumlah penyesuaian spesifik.
Awal Mula Konflik: Akuisisi Nuvia dan Pencabutan Lisensi ARM
Sengketa ini berawal dari akuisisi Qualcomm terhadap Nuvia pada 2021. Nuvia, yang sebelumnya memiliki lisensi arsitektur ARM untuk pengembangan CPU server, menjadi bagian dari Qualcomm dan lisensinya dimanfaatkan untuk merancang CPU mobile dengan label CPU Oryon. CPU ini akhirnya menjadi inti dari Snapdragon 8 Elite dan Snapdragon X Elite.
Namun, ARM memandang bahwa penggunaan lisensi untuk CPU server dalam pengembangan CPU mobile melanggar kesepakatan royalti. Selain itu, terdapat perbedaan dalam struktur royalti antara CPU server dan mobile. Pada 2022, ARM pun mengajukan tuntutan hukum terhadap Qualcomm, meminta pengadilan untuk menghentikan penggunaan desain CPU yang dikembangkan oleh Nuvia. Setelah negosiasi kedua belah pihak tidak menghasilkan kesepakatan, ARM akhirnya secara resmi mencabut lisensi Nuvia pada Februari 2023, yang menjadi dasar bagi ARM untuk mengancam keberlanjutan CPU Oryon di Snapdragon 8 Elite.
Dampak Besar bagi Qualcomm dan Industri Smartphone Flagship Android
Pencabutan lisensi ARM membuat Qualcomm berada dalam kondisi yang cukup genting, sebab kehilangan lisensi ini berarti Qualcomm mungkin tidak bisa lagi menggunakan arsitektur ARM dalam mengembangkan CPU Oryon untuk Snapdragon 8 Elite. Jika Qualcomm tidak dapat menemukan kesepakatan baru dalam waktu 60 hari, pengembangan prosesor Snapdragon berbasis CPU Oryon akan terancam dihentikan. Hal ini bisa berimbas langsung pada HP flagship Android yang berencana menggunakan Snapdragon 8 Elite dalam lini produk mereka yang direncanakan rilis 2024-2025.
Pabrikan smartphone seperti Asus, Honor, iQoo, OnePlus, Oppo, Realme, Samsung, Vivo, dan Xiaomi mungkin harus mencari solusi chipset alternatif atau menunda peluncuran produk mereka. Kondisi ini juga dapat membuka peluang bagi kompetitor Qualcomm, seperti MediaTek, untuk merebut pangsa pasar chipset smartphone flagship Android yang membutuhkan prosesor berkualitas tinggi.
Tanggapan Qualcomm dan Harapan di Tengah Ketidakpastian
Qualcomm tidak tinggal diam dalam menghadapi ancaman ini. Mereka menuduh ARM menggunakan “taktik putus asa” untuk memengaruhi proses hukum yang tengah berjalan, terutama dengan persidangan yang dijadwalkan pada Desember 2024. Menurut perwakilan Qualcomm, ARM tampaknya mencoba untuk meningkatkan tarif royalti dan menuduh tindakan ARM ini tidak berdasar dan merugikan. Qualcomm tetap optimis bahwa mereka akan memperoleh hasil yang positif dalam persidangan mendatang, dan sementara itu, pihak ARM belum memberikan tanggapan resmi.
Masa Depan Snapdragon 8 Elite dan Alternatif Solusi Chipset
Jika pada akhirnya Qualcomm gagal mempertahankan lisensi ARM, masa depan Snapdragon 8 Elite akan menjadi tidak pasti, dan produsen smartphone flagship Android mungkin harus menghadapi krisis dalam pilihan chipset untuk perangkat mereka. Qualcomm mungkin perlu mempertimbangkan desain baru yang tidak bergantung pada ARM, meskipun opsi ini akan memakan waktu dan biaya yang cukup tinggi. Meski demikian, situasi ini membuka peluang bagi MediaTek dan perusahaan lainnya untuk memperluas jangkauan mereka di pasar smartphone Android flagship, yang selama ini didominasi oleh Qualcomm.
Konflik antara ARM dan Qualcomm ini memperlihatkan tantangan besar dalam industri teknologi yang sarat akan perjanjian lisensi dan royalti. Qualcomm mungkin harus menghadapi keputusan sulit untuk tetap relevan di pasar chipset dengan mempertimbangkan investasi besar dalam desain baru yang dapat bersaing tanpa ketergantungan pada lisensi ARM.