Jakarta, 16 September 2025 — Setelah berbulan-bulan penuh tarik ulur, drama larangan TikTok di Amerika Serikat akhirnya berakhir dengan kabar besar. Washington dan Beijing resmi mengumumkan tercapainya kesepakatan kerangka yang memungkinkan aplikasi video pendek paling populer di dunia itu tetap beroperasi di pasar Amerika. Keputusan ini sekaligus menjadi babak baru dalam hubungan dua kekuatan global yang kerap berseberangan dalam isu teknologi dan keamanan.
Dari Ancaman Larangan hingga Meja Negosiasi
TikTok sudah lama berada dalam radar keamanan nasional Amerika. Sejak 2020, badan intelijen dan anggota Kongres menyoroti potensi kebocoran data akibat aturan di China yang memungkinkan pemerintah setempat meminta akses ke data perusahaan domestik. Situasi ini memuncak pada 2024 ketika Kongres meloloskan Protecting Americans from Foreign Adversary Controlled Applications Act. Undang-undang itu mewajibkan perusahaan dari negara pesaing melepas kendali aplikasinya jika ingin tetap beroperasi di Amerika.
Pada 20 Januari 2025, Donald Trump yang baru kembali ke Gedung Putih langsung menandatangani larangan sementara terhadap TikTok. Aplikasi itu ditarik dari App Store dan Google Play Store, memicu kegemparan di kalangan penggunanya. Namun hanya beberapa hari berselang, Trump mengumumkan perpanjangan pertama untuk memberi ruang negosiasi. Dua kali perpanjangan tambahan diberikan hingga September, sehingga larangan penuh tidak pernah benar-benar terjadi.
Dengan jumlah pengguna aktif lebih dari 170 juta di Amerika, TikTok dianggap terlalu besar untuk ditutup. Aplikasi ini bukan hanya ruang hiburan, tetapi juga wadah ekonomi digital bagi jutaan kreator, pebisnis kecil, hingga tokoh politik. Popularitas inilah yang membuat perdebatan semakin rumit.
Isi Kesepakatan yang Dicapai
Dalam konferensi pers di Madrid, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengumumkan bahwa Washington dan Beijing berhasil mencapai kerangka perjanjian. TikTok akan tetap beroperasi di Amerika, tetapi kepemilikannya akan dialihkan ke perusahaan berbasis di AS. Struktur baru ini memberi jaminan bahwa data pengguna Amerika akan dikelola dengan standar keamanan lokal.
Dari pihak China, pejabat Wang Jingtao menegaskan bahwa algoritma TikTok tetap berada di bawah lisensi hak kekayaan intelektual. Artinya, algoritma yang menjadi inti popularitas TikTok tidak sepenuhnya dilepas, melainkan hanya digunakan di bawah izin resmi. Dengan mekanisme ini, Amerika mendapatkan kendali atas operasional lokal, sementara China tetap mempertahankan pengakuan atas aset teknologi utamanya.
Kesepakatan ini juga mencakup pengawasan ketat terhadap data. Perusahaan mitra di Amerika akan memegang tanggung jawab penuh atas penyimpanan, distribusi, dan keamanan data pengguna. Hal ini dipandang sebagai langkah penting untuk menjawab kekhawatiran pemerintah AS mengenai privasi warganya.
Sinyal Politik dari Trump dan Xi
Meskipun kesepakatan kerangka sudah diumumkan, finalisasi masih menunggu langkah politik selanjutnya. Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dijadwalkan berbicara langsung melalui sambungan telepon akhir pekan ini untuk meresmikan detail akhir perjanjian.
Trump menyampaikan tanggapannya melalui akun Truth Social. Ia menyebut kesepakatan ini akan menyelamatkan aplikasi yang sangat digemari anak muda Amerika, sekaligus memberi jaminan bahwa keamanan nasional tetap terjaga. Trump menilai keputusan ini lebih bijak dibandingkan menutup TikTok sepenuhnya, yang berpotensi memicu protes besar dan merugikan banyak pihak.
Xi Jinping belum berbicara langsung ke publik, namun media resmi China menyebut kesepakatan ini sebagai tanda bahwa kedua negara masih mampu menemukan kompromi di tengah rivalitas strategis. Diplomasi ini dipandang sebagai langkah penting untuk meredakan ketegangan, sekaligus menjaga stabilitas hubungan ekonomi.
Jejak Panjang Drama TikTok
Perjalanan TikTok di Amerika memang penuh drama. Mulai dari sidang Kongres yang panas, larangan sementara yang sempat diberlakukan, hingga demonstrasi para kreator yang khawatir kehilangan mata pencaharian. Setiap keputusan pemerintah selalu memicu reaksi publik yang besar.
TikTok bahkan sempat menjadi isu kampanye politik. Sebagian pihak menilai aplikasi ini berpotensi mengancam keamanan nasional, sementara sebagian lain melihatnya sebagai ruang penting bagi kebebasan berekspresi dan kreativitas generasi muda. Situasi ini menjadikan TikTok lebih dari sekadar aplikasi, melainkan simbol tarik menarik antara kepentingan keamanan dan kebebasan digital.
Dampak dan Arah Baru
Dengan tercapainya kesepakatan, TikTok akan memasuki era baru di Amerika. Struktur kepemilikan yang melibatkan perusahaan lokal diharapkan bisa menenangkan kekhawatiran soal data. Di sisi lain, lisensi algoritma tetap menjamin identitas dan daya tarik TikTok tidak hilang.
Bagi Amerika, kesepakatan ini adalah kemenangan karena memberikan kontrol nyata atas data pengguna. Bagi China, kesepakatan ini penting untuk memastikan bahwa teknologi inti tetap menjadi milik mereka. Kedua pihak berhasil keluar dari kebuntuan dengan kompromi yang relatif seimbang.
Langkah berikutnya adalah menentukan perusahaan teknologi Amerika yang akan menjadi pemegang resmi TikTok di pasar AS. Proses ini diyakini akan melibatkan Kongres, mengingat aturan divestasi lahir dari undang-undang yang sudah disahkan.
Simbol Kompromi di Tengah Rivalitas Global
Kesepakatan TikTok menegaskan bahwa bahkan di tengah rivalitas besar, kompromi masih mungkin terjadi. Amerika bisa mengklaim kemenangan atas isu keamanan nasional, sementara China tetap mempertahankan identitas budaya dan aset teknologinya.
TikTok kini menjadi simbol bagaimana teknologi, politik, dan diplomasi saling bertaut di era digital. Aplikasi ini tidak hanya menyatukan pengguna lintas negara, tetapi juga memaksa dua kekuatan dunia untuk duduk di meja yang sama dan mencari jalan tengah.



















