Bali, yang dikenal sebagai destinasi wisata terpopuler di Indonesia, kini menghadapi masalah serius terkait praktik prostitusi yang melibatkan turis wanita. Sepanjang tahun 2024, beberapa kasus mencolok telah terungkap, menunjukkan bahwa tidak semua pengunjung datang untuk menikmati keindahan Pulau Dewata.
Salah satu kejadian yang menghebohkan adalah penangkapan dua wanita asal Rusia, AT dan KM, yang terlibat dalam praktik pijat plus-plus. Mereka ditangkap di sebuah vila di Seminyak setelah petugas menemukan barang bukti yang mengindikasikan kegiatan ilegal. Gede Dudy Duwita, Kepala Rudenim Denpasar, menyatakan, “Kami akan terus melakukan pemantauan untuk menjaga Bali dari praktik-praktik yang merugikan.”
Kasus lain yang mencolok adalah seorang wanita asal Brasil, AGA, yang sebelumnya adalah pengacara. Ia dideportasi setelah terlibat dalam prostitusi dengan tarif yang sangat tinggi. “Saya terpaksa melakukan ini untuk memenuhi kebutuhan hidup saya di Bali,” ujarnya, menggambarkan betapa sulitnya situasi yang dihadapinya. Kasus ini menggambarkan realitas pahit yang dihadapi banyak turis, yang terjebak dalam situasi sulit di negara asing.
Praktik prostitusi juga terlihat di spa-spa yang seharusnya menawarkan kenyamanan. Dua warga Australia, MJLG dan LJLG, ditangkap karena menjalankan spa yang menyamarkan layanan pijat esek-esek. Dengan pendapatan yang sangat besar, praktik ini menunjukkan bagaimana bisnis ilegal dapat berkembang di tengah keindahan Bali. “Ini sangat mengecewakan, kami ingin tempat ini tetap aman,” kata seorang warga yang tinggal di sekitar spa.
Masyarakat Bali pun semakin khawatir dengan peningkatan kasus prostitusi yang melibatkan turis asing. Banyak yang merasa bahwa citra Bali sebagai destinasi wisata yang aman mulai dipertanyakan. “Kami ingin Bali tetap menjadi tempat yang nyaman untuk berlibur, bukan sebagai sarang prostitusi,” ungkap seorang pemilik usaha lokal.
Pemerintah Bali berupaya meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum untuk mencegah praktik-praktik ilegal ini. Dengan dukungan dari masyarakat, diharapkan Bali dapat kembali menjadi tujuan wisata yang aman dan nyaman bagi semua orang.