banner 728x250

Perusahaan Bimbel Online Chegg Bangkrut Akibat Kecanggihan ChatGPT

Illustrasi Bisnis Gulung Tikar akibat Chatgpt
banner 120x600
banner 468x60

Sebuah revolusi digital yang datang dari ChatGPT telah mengubah dunia pendidikan secara drastis, dan kini dampaknya dirasakan oleh perusahaan bimbingan belajar online di Amerika Serikat. Chegg, yang dikenal sebagai salah satu layanan bimbel online terbesar, terpaksa gulung tikar setelah kehilangan lebih dari 500.000 pelanggan dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini terjadi akibat persaingan yang tidak seimbang dengan ChatGPT, yang menawarkan solusi belajar berbasis kecerdasan buatan (AI) yang lebih cepat dan efisien.

Chegg: Dari Raksasa Bimbel ke Bangkrut

banner 325x300

Didirikan pada 2006, Chegg menjadi salah satu penyedia layanan pendidikan dan bimbingan belajar yang sangat populer di kalangan pelajar di Amerika Serikat. Dengan biaya langganan 19,95 dollar AS per bulan, pelanggan dapat mengakses jawaban untuk soal-soal pelajaran dan konsultasi dengan pakar-pakar di bidangnya. Layanan ini sudah berjalan selama bertahun-tahun, dan perusahaan ini menjadi salah satu penyedia solusi pendidikan yang terpercaya bagi banyak pelajar.

Namun, sejak munculnya ChatGPT pada tahun 2022, banyak pelajar beralih ke AI generatif ini untuk mendapatkan jawaban instan atas tugas-tugas sekolah mereka. ChatGPT, dengan kemampuan untuk memberikan jawaban yang lebih cepat dan lebih akurat dengan teknologi GPT-4 dari OpenAI, membuat pelanggan Chegg merasa bahwa mereka tidak lagi membutuhkan layanan berbayar. Akibatnya, Chegg kehilangan lebih dari setengah juta pelanggan dalam waktu singkat.

Penurunan Saham yang Drastis

Akibat kehilangan pelanggan, saham Chegg mengalami penurunan yang sangat tajam. Pada tahun 2021, saham perusahaan ini diperdagangkan di harga 113,51 dollar AS per lembar (sekitar Rp 1,7 juta). Namun, saat ini harga saham Chegg merosot tajam hingga hanya 1,86 dollar AS (sekitar Rp 29.315) per lembar, sebuah penurunan sebesar 99 persen dalam dua tahun. Penurunan ini mencerminkan kerugian besar yang dialami oleh perusahaan yang pernah menjadi pemimpin di industri bimbingan belajar online.

Mencoba Beradaptasi dengan AI, Namun Terlambat

Pada awalnya, Chegg sempat meremehkan potensi dari ChatGPT dan teknologi AI lainnya. Bahkan, pada tahun 2022, para karyawan Chegg mengusulkan untuk mengintegrasikan AI ke dalam platform mereka. Namun, ide tersebut ditolak oleh manajemen yang pada saat itu belum memandang AI generatif sebagai ancaman besar. Mereka berpikir bahwa ChatGPT hanya akan memberikan jawaban yang kurang akurat dan tidak akan menggantikan peran pakar manusia.

Namun, keputusan tersebut terbukti keliru. Setelah menyadari bahwa semakin banyak pelajar yang beralih ke ChatGPT, Chegg mulai mengembangkan fitur baru yang disebut Cheggmate, yang menggabungkan GPT-4 dari OpenAI dengan database soal yang dimiliki oleh Chegg. Sayangnya, meskipun ada upaya tersebut, ChatGPT tetap lebih unggul dan mendominasi, karena para pelajar lebih memilih menggunakan teknologi AI untuk mendapatkan jawaban secara instan dan tanpa biaya.

Kepemimpinan yang Berubah dan Pemangkasan Karyawan

Pada Juni 2024, setelah saham Chegg mengalami penurunan yang signifikan, CEO Dan Rosensweig mengundurkan diri. Perusahaan ini kemudian dipimpin oleh Nathan Schultz, yang segera melakukan pemangkasan 441 karyawan dan berfokus pada ekspansi internasional serta pengembangan layanan yang lebih beragam. Namun, langkah tersebut terbukti tidak cukup untuk menghentikan kemerosotan yang dialami perusahaan.

Chegg mencoba berkolaborasi dengan Scale AI, perusahaan yang menyediakan teknologi untuk mengembangkan sistem AI di berbagai bidang studi. Namun, meskipun upaya ini dilakukan, Chegg tetap kesulitan mempertahankan daya tarik pelanggan yang kini lebih memilih AI generatif seperti ChatGPT.

ChatGPT dan Masa Depan Bimbel Online

ChatGPT bukan hanya menjadi alat bantu belajar bagi pelajar, tetapi juga mengubah cara orang belajar di era digital. Bimbingan belajar online kini memasuki era baru, di mana AI mengambil alih banyak peran yang sebelumnya dilakukan oleh pengajar manusia. Pelajar tidak lagi perlu membayar biaya langganan mahal untuk mendapatkan bantuan belajar. Mereka cukup mengakses ChatGPT atau platform AI serupa untuk mendapatkan jawaban instan yang didukung oleh teknologi mutakhir.

Perusahaan seperti Chegg yang enggan beradaptasi dengan perubahan ini kini harus merasakan akibatnya. Untuk bertahan di pasar yang semakin kompetitif, perusahaan bimbel online harus mulai mengintegrasikan AI ke dalam layanan mereka atau bahkan berkolaborasi dengan teknologi seperti ChatGPT untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih efisien dan menarik.

Kesimpulan

Chegg, yang dulunya menjadi pemain utama dalam industri bimbingan belajar, kini terpaksa gulung tikar setelah tertinggal dari perkembangan teknologi AI generatif seperti ChatGPT. Perusahaan ini gagal mengantisipasi dampak besar dari AI terhadap pendidikan dan bisnis bimbel online. Pelajaran yang dapat diambil adalah pentingnya untuk selalu beradaptasi dengan perkembangan teknologi agar tetap relevan di dunia yang semakin digital dan berbasis AI.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan