Pada malam yang seharusnya penuh kebahagiaan, tragedi mengerikan terjadi di Desa Suka Damai, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Agus Herbin Tambun, seorang suami berusia 30 tahun, melakukan tindakan brutal dengan menikam istrinya, SH, hingga meninggal dunia saat mereka sedang melakukan siaran langsung di Facebook. Insiden ini tidak hanya mengguncang keluarga dan teman-teman, tetapi juga menarik perhatian luas dari masyarakat yang menyaksikan tayangan live tersebut.
Kejadian ini terjadi pada Sabtu malam, 2 November 2024, ketika SH dan keluarganya sedang asyik berkaraoke. Dalam suasana yang ceria, Agus, yang merasa cemburu, menghampiri SH dan menikamnya sebanyak lima kali dengan menggunakan pisau yang merupakan milik istrinya sendiri, yang biasanya digunakan untuk memotong jeruk. Motif di balik tindakan nekat ini adalah rasa cemburu yang mengakar, di mana Agus merasa sakit hati dan curiga bahwa istrinya sering berhubungan dengan mantan suaminya.
Menurut penjelasan dari pihak kepolisian, Agus tidak mampu menahan emosinya dan memutuskan untuk mengambil tindakan ekstrem saat melihat istrinya bersenang-senang. Kasat Reskrim Polres Sergai, AKP Donny Simatupang, menjelaskan bahwa korban mengalami beberapa luka tusuk yang cukup serius. “Korban sedang asyik berkaraoke bersama keluarga ketika tiba-tiba ditikam dari belakang oleh suaminya,” ungkapnya.
Rekaman video berdurasi 32 detik dari siaran langsung tersebut menunjukkan momen menegangkan ketika Agus melancarkan serangannya. Keluarga SH yang berada di dalam rumah menjerit ketakutan, dan suasana ceria seketika berubah menjadi kekacauan. Seorang saudara laki-laki SH berusaha melerai dan menghentikan Agus, tetapi sayangnya, tindakan cepat tersebut tidak mampu menyelamatkan SH.
Setelah menikam istrinya, Agus melarikan diri dari lokasi kejadian. SH segera dilarikan ke Rumah Sakit Cheva oleh keluarganya, namun sayangnya, nyawa korban tidak dapat diselamatkan. “Korban mengalami lima luka tusuk yang sangat serius,” kata dokter yang menangani. Kejadian ini menimbulkan kepanikan yang mendalam di kalangan keluarga dan teman-teman yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut.
Polisi segera melakukan penyelidikan dan berhasil menangkap Agus dalam waktu kurang dari 24 jam setelah insiden. “Tersangka berhasil kami ringkus bersama pisau yang digunakan untuk menikam korban,” ujar AKP Donny Simatupang. Agus kini telah diamankan dan sedang menjalani pemeriksaan lebih lanjut di Sat Reskrim Polres Sergai.
Kasus ini kembali menyoroti isu kekerasan dalam rumah tangga yang semakin marak di masyarakat. Banyak pihak mengutuk tindakan Agus dan menyerukan perlunya edukasi mengenai kekerasan dalam rumah tangga. Seorang aktivis sosial mengatakan, “Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah serius yang harus ditangani secara kolektif. Kita perlu meningkatkan kesadaran dan memberikan dukungan kepada mereka yang menjadi korban.”
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus kekerasan dalam rumah tangga semakin meningkat, dengan banyak korban yang mengalami trauma fisik dan psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa banyak faktor yang memicu kekerasan, termasuk masalah komunikasi, kecemburuan, dan kesehatan mental. Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk belajar berkomunikasi dengan baik dan mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif.
Keluarga SH kini berada dalam keadaan duka yang mendalam. Mereka berharap agar keadilan ditegakkan dan pelaku mendapat hukuman yang setimpal. “Kami ingin agar orang-orang menyadari bahwa kekerasan bukanlah solusi. Ini adalah pelajaran pahit bagi kita semua,” ungkap salah satu anggota keluarga.
Masyarakat pun memberikan reaksi yang beragam terhadap insiden ini. Banyak netizen yang mengecam tindakan Agus dan menyerukan agar kasus kekerasan dalam rumah tangga mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat. “Kita harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi semua orang, terutama perempuan,” tulis seorang pengguna media sosial.
Di tengah tragedi ini, penting untuk mendorong dialog tentang kesehatan mental dan cara-cara untuk mengatasi rasa cemburu dalam hubungan. Psikolog menjelaskan bahwa emosi seperti cemburu adalah hal yang wajar, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dapat mengarah pada tindakan yang merugikan. “Pasangan harus belajar untuk saling percaya dan mendukung satu sama lain, bukan menjadikan cemburu sebagai alasan untuk melakukan kekerasan,” jelasnya.
Pengalaman tragis ini seharusnya menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa kekerasan dalam rumah tangga bukanlah masalah yang bisa dianggap sepele. Edukasi tentang kekerasan dalam rumah tangga dan cara menangani konflik dalam hubungan harus terus digalakkan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. “Keluarga seharusnya menjadi tempat yang aman, bukan tempat untuk mengekspresikan kemarahan dengan cara yang salah,” ungkap seorang psikolog.
Akhirnya, tragedi ini tidak hanya menyisakan duka bagi keluarga SH, tetapi juga menjadi panggilan untuk bertindak bagi setiap orang untuk berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi semua. Masyarakat perlu bersatu untuk menghentikan siklus kekerasan yang telah merenggut banyak nyawa dan merusak kehidupan banyak orang.