Jessica Wongso, yang dikenal luas dalam kasus mencuatnya dugaan pembunuhan Wayan Mirna Salihin, baru saja menerima kebebasan bersyarat setelah menjalani hukuman 20 tahun penjara. Keputusan ini menuai beragam reaksi dari masyarakat dan pihak keluarganya. Banyak yang mempertanyakan keadilan dalam kasus tersebut dan dampak dari kebebasan bersyarat ini terhadap citra hukum di Indonesia.
Kebebasan bersyarat ini disematkan pada Jessica setelah memenuhi syarat administratif dan menjalani berbagai program rehabilitasi. Dalam wawancara dengan wartawan, Jessica mengungkapkan, “Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini. Ini adalah babak baru dalam hidup saya dan saya berjanji akan menjalani hidup yang lebih baik.”
Pihak keluarga Wayan Mirna Salihin juga menyatakan keprihatinan. Mereka menganggap keputusan ini sebagai sebuah kemunduran dalam pencarian keadilan. “Kami merasa keputusan ini seolah meringankan beban Jessica atas kesalahan yang telah dilakukannya,” ungkap salah satu anggota keluarga Mirna. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya masalah yang dihadapi dalam kasus ini, dimana banyak emosi terlibat baik dari pihak korban maupun pelaku.
Masyarakat pun terbagi dalam menanggapi keputusan ini. Beberapa mendukung dengan alasan bahwa setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan kedua, sementara yang lain merasa bahwa kebebasan bersyarat adalah sebuah bentuk ketidakadilan bagi korban.
Dalam kontemplasi tersebut, Jessica dipandang sebagai simbol dari perdebatan tentang hukuman dan rehabilitasi di Indonesia. Ini menjadi kesempatan bagi pihak berwenang untuk mengevaluasi kembali sistem hukum yang ada dan cara pandangnya terhadap pelaku kejahatan.
