Jakarta – Kecanduan judi online bukanlah sekadar mitos; ia adalah realitas yang menghancurkan. Bagi banyak orang, keluar dari perangkap ini terasa nyaris mustahil. Namun, ada secercah harapan dalam kisah Yandam, seorang pria berusia 28 tahun, yang berhasil melepaskan diri dari belenggu kelam tersebut.
Yandam tertarik untuk mencoba judi online setelah melihat seorang temannya di warung kopi memenangkan taruhan berkali-kali lipat dari modal awal. Ketertarikannya terhadap klaim keuntungan besar dari judi online akhirnya membuat Yandam terjerumus untuk memasang taruhan.
“Awalnya, semuanya tampak begitu menjanjikan, tetapi seiring waktu, itu semua hanya janji kosong,” ungkapnya kepada detikINET, Jumat (16/8/2024).
Meski awalnya Yandam sempat merasakan keuntungan, keadaannya mulai memburuk saat ia terus menerus mengalami kekalahan. Peluang kemenangannya semakin kecil, dan akhirnya ia harus kehilangan puluhan juta rupiah dalam upaya untuk mengejar kembali uang yang sudah hilang. Tak hanya kerugian finansial, dampak dari kecanduan ini juga merusak kesehatan mentalnya.
“Saya menjadi mudah gelisah, bahkan merasa ketagihan, ingin terus bermain meskipun sudah tidak punya modal. Rasanya seperti berada dalam lingkaran setan,” akunya.
Perlahan, Yandam berubah menjadi pribadi yang lebih mudah marah. Setiap kali mengalami kekalahan, keinginan untuk membanting ponsel muncul dalam benaknya. Tidak jarang, Yandam memberanikan diri meminjam uang dari teman-temannya, namun kerap kali ia hanya mendapatkan penolakan, yang pada akhirnya membuatnya semakin frustrasi.
Sampai pada suatu titik, Yandam menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dalam dirinya. Ia bertekad untuk mengakhiri semua ini.
“Pada tahun 2023, mungkin setelah Idul Fitri, saya mengakui kesalahan saya kepada orang tua. Mereka memberikan nasihat dan arahan untuk keluar dari dunia kelam ini,” tuturnya.
Kini, Yandam telah sepenuhnya menjauh dari judi online, namun ia sadar bahwa masih banyak orang yang mengalami kecanduan seperti dirinya dulu. Dengan tulus, ia menyampaikan pesan kepada mereka yang masih terperangkap dalam ‘bisikan setan’ ini.
“Kalian harus bisa keluar dari zona itu. Lupakan kekalahan kalian. Saya tahu itu sulit, tapi mengikhlaskan lebih baik daripada terus terjerumus lebih dalam. Sayangi diri kalian, keluarga, dan semua orang yang ada di samping kalian,” ujar Yandam penuh harap.
Mengapa Judi Online Menjadi Begitu Adiktif?
Dalam kesempatan lain, dr Hari Nugroho dari Green Crescent Indonesia menjelaskan bahwa judi online memiliki kemiripan dengan jenis kecanduan lainnya, baik itu narkoba maupun kecanduan perilaku seperti game, gadget, atau pornografi. Proses kecanduan ini mempengaruhi jalur ‘reward’ di otak seseorang.
Pengembang situs judi online sangat piawai dalam menciptakan suasana yang mendorong seseorang untuk kecanduan melalui sistem yang mereka rancang. Judi online seperti slot, misalnya, mendesain aplikasinya agar mirip dengan permainan yang sering dimainkan orang. Situs-situs ini dilengkapi dengan karakter, warna, dan suara yang familiar, sehingga pemain merasa akrab dengan permainan tersebut.
“Di awal permainan, biasanya diberikan kemudahan untuk menang dan RTP (return to player) yang cukup tinggi, misalnya 70%. Hal ini menciptakan situasi yang menyenangkan, yang akhirnya membuat mereka ingin mengulangi perasaan senang atau kemenangan tersebut,” ujar dr Hari, yang menempuh pendidikan di King’s College London.
Bagi mereka yang kalah, perasaan rugi tidak begitu terasa karena taruhan awal yang disetor biasanya kecil. Namun, rasa penasaran untuk mengejar kemenangan terus tumbuh karena mereka sudah merasakan kemenangan di awal permainan. Inilah efek yang tidak disadari dan bisa berdampak mengerikan di kemudian hari.
“Jika situasi ini berulang, otak akan merespon dengan meningkatkan toleransi terhadap lonjakan neurotransmitter seperti dopamine, artinya otak membutuhkan lonjakan dopamine yang lebih tinggi lagi agar pengalaman menyenangkan bisa diulang. Ini yang akhirnya membuat seseorang tanpa sadar mengalami kecanduan,” jelasnya.
Akibat dari kecanduan judi online, otak menjadi rusak karena selalu meminta rangsangan yang lebih tinggi. Lalu, ke mana seseorang harus mencari pertolongan jika sudah kecanduan judi?
Mencari Pertolongan Bagi Pecandu Judi Online
Kecanduan judi online termasuk dalam ranah psikiatri. Di poli psikiatri, pecandu judi online biasanya akan menjalani sesi konseling atau terapi seperti CBT (Cognitive Behaviour Therapy). Obat mungkin akan diresepkan jika diperlukan, terutama jika terdapat gangguan jiwa yang bersamaan.
Pertolongan bisa dicari di rumah sakit yang memiliki poli psikiatri, seperti di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi.
“Meskipun di sana lebih banyak yang mengalami kecanduan narkoba, masyarakat tetap bisa mengakses layanan ini. Bisa juga ke psikiater, psikolog klinis, atau RS Jiwa di manapun di Indonesia, namun sayangnya layanannya belum ditanggung BPJS,” terang dr Hari.
Pesan Akhir
Kisah Yandam adalah gambaran betapa bahayanya kecanduan judi online. Kecanduan ini tidak hanya menguras harta, tetapi juga menghancurkan mental. Penting bagi kita untuk menyadari bahaya ini dan mencari pertolongan jika diperlukan. Bagi mereka yang masih terjebak, harapan selalu ada selama ada kemauan untuk berubah.